16 Juli 2008

Gubernur Ancam Alihfungsikan Apron

Setelah resmi menutup parkir (apron) Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin tanggal 1 Februari lalu, Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengancam akan mengalihfungsikan tempat itu bila masih belum jelas penanganannya. Ancaman tersebut berkait berlarut-larutnya permasalahan displaced (tidak bisa digunakan) landasan pacu bandara yang belum diperbaiki PT Hutama Karya (HK). "Prosesnya kelamaan. Kan masalahnya tinggal memilih saja, diaspal atau menggunakan beton. Saya minta kadishub tegas, kalau tidak ada progress yang jelas, lebih baik kita jadikan flight school (sekolah tinggi penerbangan,red),” ujarnya di acara coffee morning, Rabu (2/7) dengan kepala badan dan dinas di lingkungan Pemprov Kalsel. Rudy merasa, proses pembahasan pilihan diaspal atau memakai beton untuk perbaikan runway sudah terlalu lama. Mantan bupati kabupaten Banjar itu mengatakan, banyak pihak yang sudah mengajukan penawaran untuk menjadikan bandara sebagai area sekolah penerbangan. Hal itu mengingat kontur tanah Banjarmasin rata sehingga aman untuk pendidikan bidang penerbangan. Dengan demikian, Rudy meminta agar kadishub bersikap tegas terhadap PT HK agar secepatnya memperbaiki runway. Sehingga juga akan jelas fungsi Syamsuddin Noor tetap sebagai bandara atau flying school. selain masalah runway, Pemprov Kalsel juga menutup apron (tempat parkir pesawat ) baru yang dibuat pada tahun 2004 pada proyek pengembangan bandara menjadi embarkasi haji. Hal itu karena PT Angkasa Pura II belum memberikan kontribusi kepada Pemprov Kalsel untuk pemakaian apron. Sehingga sejak bulan Februari 2008, gubernur menutup apron dan hingga kini operasional bandara menggunakan apron lama. Apalagi belakangan, Kalsel mendapat tawaran pendirian sekolah tinggi penerbang untuk mencetak pilot-pilot yang handal, karena topografi Kalsel yang datar dinilai tepat sebagai lokasi pendidikan. Pernyataan itu dilontarkan gubernur menanggapi laporan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kalsel, Fachrian Hifni seputar rencana PT Hutama Karya yang masih memikirkan pola pengerjaan dengan pengecoran beton setebal 10-15 cm atau aspal setebal 10 cm. “Hari ini (kemarin,red) ada rapat penetapan desain dengan Dirjen Hubud Dephub, jadi kami masih menunggu laporan,” ujar Fachrian yang pada minggu lalu pernah melaporkan keterangan yang sama. Penetapan desain perbaikan tersebut terkait dampak terhadap apron lama yang akan terjadi lengkungan sepanjang 180 meter. Apron Bandara Syamsudin Noor yang dibangun dengan dana lebih dari Rp100 miliar tersebut, sejak enam bulan terakhir tidak dimanfaatkan, karena masih dalam sengketa antara Angkasa Pura dan Pemprov Kalsel. Pemprov menuntut royalti sebesar Rp1,4 miliar per tahun, sesuai dengan perjanjian awal pembangungan Apron yang dilakukan sejak pemerintahan Gubernur Sjachriel Darham. “Masalah Angkasa Pura pada prinsipnya tidak masalah lagi, draf sudah ditandatangani,” terangnya.

Tidak ada komentar: