04 Agustus 2008

Sekdaprov Tak Layak Urus LPTQ

Banjarmasin, KS Merosotnya prestasi qari dan qariah Kalsel di Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-22 di Provinsi Banten dan MTQN ke 21 di Kendari, mendapat kritikan anggota DPD asal Kalsel, HM Said, HA Makkie dan M Ramli. Ketiganya sepakat bahwa urusan pengembangan dan pembinaan qari dan qarian Kalsel sudah waktunya diserahkan lagi kepada orang orang yang bukan pejabat, sehingga bisa bekerja secara profesional. Pucuk pimpinan yang dipegang seorang sekretaris daerah povinsi (Sekdaprov) Kalsel sebagai ketua di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kalsel, diragukan kemampuannya karena masalah ini memerlukan waktu dan perhatian ekstra. “Pengurus LPTQ harus dikembalikan ke profesional, jangan dikaitkan dengan struktur jabatan, pemerintah sebatas membina dan men-support saja,” ujar Said kepada wartawan, Senin (5/7) di kantor Sekretariat DPD Kalsel. Hal ini menurutunya terkait dengan diperlukannya perasaan menjiwai atau hobi seseorang dengan dunia Al Qoran, sehingga bisa mengesampingkan kesibukannya pada profesi yang ada. Melibatkan seorang pejabat dalam banyak kepengurusan organisasi yang belum tentu sesuai bidangnya, menurut mantan gubernur Kalsel ini hanya memberikan peluang yang bersangkutan melakukan penyelewengan jabatan. Kedepan, supaya bisa mencapai prestasi yang lebih baik, diperlukan pesantren Al qoran yang memberikan pembinaan generasi secara dini, bukan semata mata persiapan untuk mengikuti lomba. “Jangan lupa, qari qariah yang pernah berprestasi harus dihargai,” ujar Said yang menilai kurangnya perhatian pemerintah, baik mantan qari atau yang ada sekarang. Makkie menambahkan. Tahun 70-an sampai 80 an, prestasi Kalsel di MTQN selalu menggembirakan karena berada di posisi 5 besar. Sekarang kebanggaaan itu menjadi luntur lantaran posisi sudah di luar 10 besar. Kemudian yang dianggap ironis, pendirian qari dan qariah daerah yang mudah tergoda untuk pindah ke daerah lain hanya lantaran tawaran pemberian kesejahteraan hidup yang lebih besar. “Sekarang qari kita liar, itu bukan karakter seorang qari,” ujarnya menyesalkan pindahnya beberapa qari dan qariah daerah mewakili daerah lain dan praktek mebyewa qari untuk menang di MTQN. Hal lainnya yang dianggap tidak efektif terkait pembinaan adalah pelaksanaan STQ yang dianggap hanya menghambur hamburkan uang. “Dari dulu kita sudah sampaikan ke menteri agama, tapi ternyata masih saja dilaksanakan,” timpal M Ramli. Dianggap lebih baik, dana miliar yang dipakai untuk kegiatan, dialokasikan untuk pembinaan qari ke luar negeri atau tempat mana saja untuk meningkatkan kualitas yang bersangkutan. “STQ itu cukup untuk ajang pembinaan bakat, bukan mencari juara. Kalau urusan juara, itu di MTQ,” ujar Makkie yang dibenarkan kedua rekan se profesinya.

Tidak ada komentar: