19 Februari 2010

Banyak Masyarakat kurang Pahami Kusta

Banjarmasin, KS
Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Rosihan Adhani mengatakan, pemahaman masyarakat terhadap penyakit kusta masih kurang. Banyak orang salah mengartikan penyakit yang disebabkan infeksi mycobacterium ini sehingga bertindak salah.
Para penderita kusta tidak sedikit merasa malu atau enggan melakukan pengobatan atau periksa di tempat layanan kesehatan seperti Puskesmas, sehingga sering ditemukan penderita yang terlanjur parah.
Bahkan menurut Rosihan Adhani, masih ada orang menganggap penyakit kusta ini sebagai kutukan atau keturunan, sehingga penderita sering dikucilkan atau didiskriminasi dari pergaulan.
“Kalau (mantan penderita,red) jualan, tidak dibeli jualannya karena takur tertular,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (5/2).
Dikatakan lagi, sampai saat ini penyebab penularan kusta yang pasti belum diketahui, namun para ahli mengatakan, penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafatan dan juga kulit.
“Kusta memang penyakit menular, tapi tidak mudah menular, perlu waktu yang lama,” ujarnya mengingatkan.
Penderita kusta mayoritas dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang kurang paham arti kebersihan lingkungan.padahal, ini merupakan faktor penyebab penyakit kusta selain kuman.
Di Kalsel, saat ini diperkirakan terdapat 252 penderita kusta, 68 orang diantaranya merupakan kasus baru.
Jumlah penderita kusta sebanyak itu merupakan data 2009, dan 92,65 persen di antaranya merupakan kusta jenis "multi basiler" (MB) atau basah. Sedangkan sisanya, 8,82 persen kusta pada anak-anak, dan cacat tingkat II mencapai 11,76 persen, dengan prevalensi 0,78 per 10.000 penduduk.
Menurut dia, kusta basah merupakan kusta yang dapat menular, sehingga penderita harus berobat secara teratur sampai sembuh seperti dianjurkan dokter. Tanda-tanda kusta basah yakni terdapat bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh permukaan kulit badan.
Selain itu, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak. Pada permukaan bercak, sering ada rasa bila disentuh dengan kapas, dan pada permulaannya, tanda dari jenis kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka.
”Dibanding tahun-tahun sebelumnya, prevalensi kusta di Kalsel terus menurun,” ujar Rosihan Adhani lagi.
Tahun 2000 lalu, angka prevalensi penyakit kusta di Kalsel mencapai 2,7 per 10.000 penduduk. Kemudian pada akhir 2005, jajaran kesehatan Kalsel berhasil menurunkan angka kesakitan prevalensinya menjadi 1,0 per 10.000 penduduk. Sedangkan pada 2009 pervalensinya tersisa 0,78 per 10.000 penduduk.
Penurunan ini merupakan hasil kerja keras pihaknya bersama masyarakat yang antara lain dengan meningkatnya temuan kasus dini dengan kontak survei.
”Kita juga melakukan seminar tentang kusta, talk show, penyebaran informasi, dan jalan sehat bersama orang yang pernah menderiat kusta,” ujarnya. slm

Tidak ada komentar: