21 Juli 2009

Promosi Kalsel di TMII Kurang Optimal

teks : Bangunan Anjungan Kalsel di TMII Jakarta (foto doc/brt) Banjarmasin,KS Keberadaan Anjungan Kalimantan Selatan (Kalsel) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta saat dinilaibelum termanfaatkansecara optimal, terutama dalamhal memperkenalkan kesenian dan kebudayaan daerah. Padahal, tempat itu dimaksudkan sebagai miniatur Kalsel yang bisa ditampilkan kepada daerah lain dan luar negeri agar mereka tahu bagaimana keanekaragaman seni dan budaya yang dimiliki. Itu sebabnya, Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin meminta pemerintah kabupaten/kota supaya aktif mengelar kegiatan promosi daerah masing masing secara bergantian sehingga suasana lebih meriah. Imbauan itu disampaikannya saat menggelar pertemuan dengan pihak pengelola anjungan di TMII dan kepala perwakilan Kalsel di Jakarta belum lama tadi bersama sejumlah pejabatnya. Kalsel terdapat 13 kabupaten kota yang memiliki ciri khas masing masing, baik segi kebudayaan maupun keseniannya. Hal itu perlu ditampilkan agar Kalsel lebih dikenal lagi dari sekarang. Pada kesempatan itu, Kepada Dinas Olahraga, Pemuda, Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel, Bihman Muliansyah mengakui kurang optimalnya kegiatan promosi di tempat itu selama ini. Selain disebabkan banyaknya event diluar kawasan TMII yang harus diikuti, juga kurangnya terlibat pemkab dan pemko seperti yang diharapkan gubernur dalam promosi daerah. Kemudian yang juga menjadi kendala adalah tiket masuk yang diwajibkan pengelola TMII kepada setiap pengunjung, memberatkan pengelola kegiatan karena harus menyiapkan biaya tambahan yang cukup besar bila melibatkan banyak pemain atau peserta promosi. Dalam hal ini, kepada pihak pengelola TMII Jakarta, gubernur meminta ada keringanan atau ada kesepakatan yang dibuat kedepan sehingga kegiatan promosi daerah tidak terkendala lagi. Selain membahas promosi, pertemuan itu juga menginggung kondisi anjungan yang saat ini diperlukan lagi perbaikan dan perubahan bangunan. Perubahan dimaksud untuk menyesuaikan kondisi bangunan terhadap gangguan binatang kelelawar yang sejak 2006 sampai sekarang belum dapat ditanggulangi.meskipun sebelumnya sempat hilang beberapa bulan. Gangguan binatang kelelawar itu juga yang menyebabkan sebagian bangunan seperti palfon dan beberapa sudut ruangan, menjadi rusak akibat menumpuknya kotoran binatang yang tidur siang hari itu. Perubahan bangunan yangdianggap penting adalah membuat ruangan anjungan lebih terbuka, terutama bagian atap sehingga binatang kelelawar itu tidak dapat lagi pada siang harinya. Kendalanya, pelaksana proyek pembangunan dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kalsel takut perubahan itu dianggap menghilangkan unsur budaya Banjar dalam bangunan yang berbentuk rumah jenis bubungan tinggi itu. Rudy Ariffin menyarankan hal ini didiskusikan dengan pakar budaya daerah untuk disepakati sejauhmana perubahan bisa dilakukan sehingga masalah kelelawar teratasi tanpa menghilangkan unsur budaya daerah. slm

Tidak ada komentar: