25 Juni 2009

Kalsel Incar 10 Persen Keuntungan Pengeboran Minyak di Kotabaru

Kegiatan pengeboran minyak lepas pantai Banjarmasin, KS Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) mulai melakukan ancang ancang patokan kontribusi yang diterima bila rencana Pearl Oil Ltd merealisasikan kegiatan pengeboran minyak lepas pantai di perairan Kabupaten Kotabaru atau tepatnya di pulau Larian. “Kita sudah melakukan pendekatan dengan pihak Departemen ESDM (Energi Sumber Daya Mineral,red), bila ada blok yang bisa dieksplorasi, minimal 10persen saham dari perusahaan untuk pemerintah daerah,” ujar Gubernur Kalsel, Rudy Ariffin kepada wartawan, Jumat (26/5). Tidak itu saja, Pemprov Kalsel juga meminta jatah dari pembagian keuntungan antara pemerintah pusat dengan pihak perusahaan. Sehingga kontribusi tersebut bisa dirasakan masyarakat Kalsel. “Jadi kita tidak hanya jadi penonton,” ujarnya sembari mengatakan tidak ingin mengulangi pengalaman kurang menguntungkan dengan perusahaan pertambahan batu bara terkait royalti. Langkah antisipasi pemerintah lanjut Rudy Ariffin, tidak lepas dari potensi minyak yang cukup besar terkandung di dalam laut kawasan Selat Makasar tersebut. “Diperkirakan bisa 5.000 barel per hari, itu cukup besar,” jelasnya dan berharap bisa memberikan nilai tambah bagi daerah. Pihak Pearl Oil Ltd sudah melakukan ekspos analis mengenai dampak lingkungan (Amdal) yakni penilaian kelayakan lingkungan dari kegiatan yang akan mereka lakukan di tempat tersebut, Kamis (18/6) lalu di Banjarmasin. Sebelumnya, Kepala Dinas Pertambangan (Distam) Kalsel, Ir Ali Muzenie mengatakan, bila rencanan ini terwujud, minyak yang dibor itu akan disalurkan ke Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk diproses lebih lanjut. Proses pengolahan dilakukan di Kaltim dengan alasan lama eksplorasi terlalu pendek yakni hanya sekitar 9 tahun, sehingga dinilai tidak membangun pabrik pengolahan sendiri di Kalsel. Pearloil Ltd menurut keterangan BP Migas, juga berencana melaksanakan pengembangan Lapangan Gas Ruby yang terletak di lepas pantai Selat Makassar dengan target mencapai 100 MMScfd dengan masa produksi selama sembilan tahun. Rencana pengembangan lapangan Gas Ruby tersebut, meliputi pengeboran sumur pengembangan dan pemasangan fasilitas produksi. Selain sumur pengembangan dan fasilitas produksi, pengembangan lapangan Gas Ruby juga meliputi pemipaan gas bawah laut sepanjang sekira 300 km dari lapangan Gas Ruby ke Senipah. slm

Tidak ada komentar: