05 Mei 2009

Banjarmasin Tertinggi Kasus Gizi Buruk

drg Rosihan Adhani Banjarmasin, KS Angka kasus kurang gizi (marasmus) sampai sekarang masih tergolong tinggi, termasuk di Kalimantan Selatan (Kalsel). Ironisnya, kejadian gizi buruk yang berdampak pada kehilangan IQ point 10-13 point ini justeru ada di Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi. Kurun waktu 4 bulan terakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel mencatat 27 kasus gizi buruk, 13 diantaranya terjadi di Kota Banjarmasin. Sisanya terjadi di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Balangan masing masing 2 kasus, HSU dan Tanahbumbu sama sama 4 kasus, Banjar dan Batola sama sama1 kasus. ”Satu kasus (gizi buruk,red) meninggal dunia di Batola,” ujar Kepala Dinkes Kalsel, drg Rosihan Adhani kepada wartawan, Selasa (5/5). Tahun 2008 lalu, dari 158 kasus gizi buruk, Kota Banjarmasin menempati urutan teratas dengan jumlah 54 kejadian. Kasus tertinggi kedua ada di kabupaten Banjar sebanyak 23 dan Hulu Sungai Utara (HSU) ada 18 kasus. Menurut Rosihan, kualitas gizi masyarakat merupakan salah satu pendorong pembangunan bangsa. Peningkatan sumber daya manusia ditentukan mutu pangan yang dikonsumsi, selain pendidikan dan pelayanan kesehatan. Menyadari pentingnya memperhatikan masalah gizi buruk ini, jajaran dinas kesehatan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat seputar gizi keluarga dan cara penanggulangannya. Terjadinya kasus gizi buruk lanjutnya, terkadang tidak hanya disebabkan faktor kemiskinan dan lingkungan, namun ada juga lantaran keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap gizi yang baik. “Penyebab gizi buruk 20 persen karena kesehatan, 20 persen karena lingkungan, 40 persen karena prilaku dan 20 persen faktor lainnya,” jelas Rosihan. Selanjutnya, untuk masyarakat yang terdeteksi menderita gizi buruk, akan diberikan tambahan pendamping ASI berupa makanan pabrik dalam kemasan untuk balita 1-2 tahun dan bubur untuk anak 6-11 bulan selama 3 bulan. Pemberian makanan tambahan ini sesuai Kartu Menuju Sehat (KMS). Posyandu juga digiatkan melalui kader kader yang memberikan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi pada balita, dan menangani secara dini balita yang rentan dengan gizi buruk. Terkait dengan gizi buruk, Dinkes Kalsel bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten HSU, menggelar seminar sehari tentang gizi buruk dengan tema “Investasi gizi keluarga sebagai dasar penilaian keberhasilan pembangunan daerah dalam pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.” Kegiatan yang dilaksanakan sehubungan Hari Gizi Nasional dan Harjad ke 57 Kabupaten HSU bertempat di aula kantor bupati setempat, Kamis (7/5). Dijadualkan hadir sebagai nara sumber, Prof Dr Hamam Hadi MS (Pakar Gizi UGM Yogyakarta), DR Mahdian anwar (Konsultan NICE Depkes), DR yayah Kusbandiyah H (Ahli Peneliti Bidang Gizi di Puslitbang Gizi dan Makanan), dan drg Rosihan Adhani (Kepala Dinas Kesehatan Kalsel). slm

Tidak ada komentar: