16 Mei 2009

Kalsel Kehilangan 20 Kawasan Mangrove

Banjarmasin, KS Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Kalsel, Rahmadi Kurdi memperkirakan tidak kurang 20 persen kawasan mangorve atau pohon bakau di pesisir pantai pada sejumlah kabupaten, rusak. Kerusakan hutan-hutan mangrove mayoritas disebabkan pembabatan yang dilakukan masyarakat untuk keperluan bahan bangunan rumah tangga, aktivitas pertambakan, sampai pembangunan infrastruktur, termasuk pembangunan pelabuhan khusus (pelsus) yang banyak terdapat di Kabupaten Kotabaru dan Tanahbumbu. Padahal, kawasan ini harus dipertahankan sebisanya dari rencana konversi lahan karena manfaatnya yang besar seperti menjaga abrasi pantai, penahan laju gelombang, tempat pengembangbiakan udang, kerang dan kepiting, sampai penyerap berbagai polutan. Pentingnya menjaga kelestarian mangrove karena kawasan ini merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kulit, obat-obatan dan perikanan. “Dinas tekait kita harapkan memperhatikan kegiatan yang merusak (hutan mangrove,red) ini,” ujar Rahmadi Kurdi. Maraknya penebangan pohon jenis tertentu yang termasuk katogeri mangrove ini juga dipicu faktor ekonomi. Padahal, pelaku pembalakan mangrove bisa dikenakan UU No 41 Tahun 1997 tentang lingkungan dengan hukuman 5 tahun penjara atau denda Rp100 miliar. “Karena kayu sekarang makin sulit, jadi masyarakat menebang di kawasan hutan mangrove ini,” ujarnya. Demi menjaga kelestarian hutan mangrove ini, jajaran BLH Kalsel menganggarkan dana Rp50 juta untuk demplot hutan mangrove dengan jumlah tanaman 1.000 pohon berlokasi di Kabupaten Barito Kuala (Batola). “Dengan SOTK sekarang, kita dibolehkan menyediakan dana,” jelas Rahmadi. Kerusakan kawasan mangrove sebenarnya tidak saja terjadi di Kalsel, tapi kondisi serupa terjadi secara nasional tahunke tahun. Tahun 1990 luas mangrove yang tersisa hanya 2,49 juta hektare. Ini berarti Indonesia telah kehilangan 40 persen areal mangrove. Di Indonesia tercatat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis plasma, 19 jenis pemanjatan, 44 jenis herba tanah, 44 epifit dan 1 jenis paku. slm

Tidak ada komentar: